Friday 3 February 2017

Jangan Abaikan Informasi Cuaca,,






Relevansi Meteorologi Dan Pangan


Petani sedang mencabut benih padi untuk di tanam (Harian Jurnal Asia)

Meteorologi terapan adalah ilmu yang mempelajari penerapan-penerapan keilmuan dalam bidang iklim dan cuaca terhadap pertanian. Tidak dapat disangkal bahwa iklim salah satu faktor utama dalam pertanian khusunya produksi pangan. Faktor yang mempengaruhi produksi pangan dapat diringkas menjadi Benih, Unsur Hara, Hama dan Penyakit, dan Iklim (Ketersediaan Air, Radiasi Matahari, Curah Hujan). Faktor iklim juga mempengaruhi secara langsung penyebaran hama dan penyakit (kondisi optimal untuk hama atau penyakit berkembang). Sehingga jika diasumsikan secara kasar (Faktor Hama dan Penyakit disubtitusi dengan iklim) sangat terlihat bahwa faktor iklim memiliki kontribusi sebesar 2/4 atau 50%. Dengan memperhatikan faktor iklim, maka probabilitas keberhasilan produksi pangan dapat ditingkatkan.
         Memanfaatkan kondisi iklim sebaik-baiknya akan meningkatkan probabilitas keberhasilan dalam produksi pangan. Jika dalam masa awal tanam cabai memerlukan cukup hujan, tetapi pada masa pembuahan curah hujan yang tinggi menyebabkan gagal panen. Maka, dengan melihat prediksi tiga bulan atau enam bulan kedepan waktu tanam cabai dapat disesuaikan agar produksi lebih optimal. Atau dalam kata lain, waktu tanam disesuaikan agar tidak terjadi kegagalan produksi (production loss). Artinya pemanfaatan kondisi iklim tidak serta merta untuk meningkatkan produksi tetapi untuk menghindari kerugian.
Dalam risk management, kerugian atau selisih kerugian yang tidak terjadi adalah keuntungan. Sebagai contoh kasus, tahun ini perusahaan A mengaplikasikan metode baru dalam system produksinya.Tetapi  rekap omset dan biaya produksi akhir tahun menunjukan kerugian sebesar 100 M. Jika tahun lalu saat menggunakan metode lama perusahaan mengalami kerugian 200 M maka, pada dasarnya perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan dari metode baru sebesar 100 M .
Akan tetapi ada paradoks dari teori risk managemen tersebut yang menyebabkan banyak pihak enggan mengaplikasikannya. Sehingga kebanyakan pihak lebih memilih untuk mengalami kegagalan kemudian berbenah, daripada berbenah untuk menghindari kegagalan. Hal ini terjadi jika kegagalan/kerugian belum terjadi. Sebagai contoh, kepala Badan Vulkanologi saat itu pernah memerintahkan untuk melakukan evakuasi darurat dan meningkatkan status Merapi. Saya akan bertanya jika setelah dilakukan evakuasi ternyata Merapi tidak meletus apa yang terjadi? Kepala Badan Vulkanologi saat itu akan disalahkan atas kerugian ekonomi yang terjadi. Tapi kita patut bersukur karena H+1 setelah evakuasi, terjadi ledakan Merapi yang besar, sehingga kerugian yang lebih besar (korban jiwa yang besar) digantikan dengan kerugian ekonomi dan (sedikit korban jiwa), atau dalam hal ini kita telah mendapatkan keuntungan.
Dengan mengaplikasikan ilmu iklim dalam produksi pangan dapat memberikan keuntungan yang besar. Jika kondisi iklim sedang baik, maka produksi optimal dapat tercapai. Kebalikannya jika kondisi iklim tidak memungkinkan, maka kerugian yang akan terjadi dapat dihindari. Secara sederhana hal ini dilakukan dengan menyesuaikan waktu tanam. Walaupun pada praktiknya banyak hal yang dipertimbangkan seperti irigasi, iklim mikro, fenomena enso, dan sebagainya.




No comments:

Post a Comment