Relevansi Meteorologi Dan Pangan
Petani sedang mencabut benih padi untuk di tanam
(Harian Jurnal Asia)
|
Meteorologi terapan adalah ilmu yang mempelajari penerapan-penerapan
keilmuan dalam bidang iklim dan cuaca terhadap pertanian. Tidak dapat disangkal bahwa
iklim salah satu faktor utama dalam pertanian khusunya produksi
pangan.
Faktor yang mempengaruhi produksi pangan dapat diringkas menjadi Benih, Unsur
Hara, Hama dan Penyakit, dan Iklim (Ketersediaan Air, Radiasi Matahari, Curah
Hujan). Faktor iklim juga mempengaruhi secara langsung penyebaran hama dan
penyakit (kondisi optimal untuk hama atau penyakit berkembang). Sehingga jika
diasumsikan secara kasar (Faktor Hama dan Penyakit disubtitusi dengan iklim)
sangat terlihat bahwa faktor iklim memiliki kontribusi sebesar 2/4 atau 50%.
Dengan memperhatikan faktor iklim, maka probabilitas keberhasilan produksi pangan
dapat ditingkatkan.
Memanfaatkan kondisi iklim sebaik-baiknya akan meningkatkan probabilitas
keberhasilan dalam produksi pangan. Jika dalam masa awal tanam cabai memerlukan
cukup hujan, tetapi pada masa pembuahan curah hujan yang tinggi menyebabkan gagal
panen. Maka, dengan melihat prediksi tiga bulan atau enam bulan kedepan waktu
tanam cabai dapat disesuaikan agar produksi lebih optimal. Atau dalam kata
lain, waktu tanam disesuaikan agar tidak terjadi kegagalan produksi (production
loss). Artinya pemanfaatan kondisi iklim tidak serta merta untuk meningkatkan
produksi tetapi untuk menghindari kerugian.
Dalam risk management,
kerugian atau selisih kerugian yang tidak terjadi adalah keuntungan. Sebagai
contoh kasus, tahun ini perusahaan A mengaplikasikan metode baru dalam system
produksinya.Tetapi rekap omset dan biaya
produksi akhir tahun menunjukan kerugian sebesar 100 M. Jika tahun lalu saat
menggunakan metode lama perusahaan mengalami kerugian 200 M maka, pada dasarnya
perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan dari metode baru sebesar 100 M .
Akan tetapi ada paradoks dari teori risk
managemen tersebut yang menyebabkan banyak pihak enggan mengaplikasikannya.
Sehingga kebanyakan pihak lebih memilih untuk mengalami kegagalan kemudian
berbenah, daripada berbenah untuk menghindari kegagalan. Hal ini terjadi jika
kegagalan/kerugian belum terjadi. Sebagai contoh, kepala Badan Vulkanologi saat
itu pernah memerintahkan untuk melakukan evakuasi darurat dan meningkatkan
status Merapi. Saya akan bertanya jika setelah dilakukan evakuasi ternyata
Merapi tidak meletus apa yang terjadi? Kepala Badan Vulkanologi saat itu akan
disalahkan atas kerugian ekonomi yang terjadi. Tapi kita patut bersukur karena
H+1 setelah evakuasi, terjadi ledakan Merapi yang besar, sehingga kerugian yang
lebih besar (korban jiwa yang besar) digantikan dengan kerugian ekonomi dan
(sedikit korban jiwa), atau dalam hal ini kita telah mendapatkan keuntungan.
Dengan mengaplikasikan ilmu iklim dalam produksi pangan dapat memberikan
keuntungan yang besar. Jika kondisi iklim sedang baik, maka produksi optimal
dapat tercapai. Kebalikannya jika kondisi iklim tidak memungkinkan, maka
kerugian yang akan terjadi dapat dihindari. Secara sederhana hal ini dilakukan
dengan menyesuaikan waktu tanam. Walaupun pada praktiknya banyak hal yang
dipertimbangkan seperti irigasi, iklim mikro, fenomena enso, dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment