Wednesday 1 February 2017

prevent failure is better than got failure



Risk Managemen Dalam Produksi Pangan

Kebanyakan orang cenderung berpikir bahwa suatu ke rugian atau kegagalan (loss and failure) adalah sebuah pengalaman berharga. Sehingga dalam sebuah kehidupan manusia pasti pernah mengalami loss and failure, dan hal itu merupakan pembelajaran yang berharga untuk menuju kesuksesan. Pendapat ini benar, tetapi tidak sepenuhnya benar. Pendapat yang terkenal ini telah menjadi maindset untuk sebagian orang, sebagai contoh orang yang sedang merintis bisnis. Hal ini menyebabkan orang cenderung stagnan dalam merespons tanda-tanda loss and failure yang akan terjadi. Ketika bisnis akan mengalami kebangkrutan, tentu akan ada tanda-tanda berupa kerugian yang terus bertambah. Jika kegagalan merupakan sebuah pelajaran, orang tersebut akan menerima kegagalan kemudian membangun ulang bisnisnya dari awal dengan “cara” yang berbeda. Padahal, dalam risk management, jika sebuah loss and failure telah menunjukan tanda-tandanya dan besar kemungkinan terjadi maka kita harus memanage risk tersebut agar dapat dihindari atau dikurangi.
Dalam risk management, kerugian atau selisih kerugian yang tidak terjadi adalah keuntungan. Sebagai contoh kasus, tahun ini perusahaan A mengaplikasikan metode baru dalam system produksinya.Tetapi  rekap omset dan biaya produksi akhir tahun menunjukan kerugian sebesar 100 M. Jika tahun lalu saat menggunakan metode lama perusahaan mengalami kerugian 200 M maka, pada dasarnya perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan dari metode baru sebesar 100 M .
Akan tetapi ada paradoks dari teori risk managemen tersebut yang menyebabkan banyak pihak enggan mengaplikasikannya. Sehingga kebanyakan pihak lebih memilih untuk mengalami kegagalan kemudian berbenah, daripada berbenah untuk menghindari kegagalan. Hal ini terjadi jika kegagalan/kerugian belum terjadi. Sebagai contoh, kepala Badan Vulkanologi saat itu pernah memerintahkan untuk melakukan evakuasi darurat dan meningkatkan status Merapi. Saya akan bertanya jika setelah dilakukan evakuasi ternyata Merapi tidak meletus apa yang terjadi? Kepala Badan Vulkanologi saat itu akan disalahkan atas kerugian ekonomi yang terjadi. Tapi kita patut bersukur karena H+1 setelah evakuasi, terjadi ledakan Merapi yang besar, sehingga kerugian yang lebih besar (korban jiwa yang besar) digantikan dengan kerugian ekonomi dan (sedikit korban jiwa), atau dalam hal ini kita telah mendapatkan keuntungan.
Risk management adalah sebuah kemampuan yang pasti menggambungkan minimal tiga disiplin ilmu. Disiplin ilmu yang pasti adalah ilmu statistic dan ilmu management. Ilmu statistic digunakan untuk menentukan berapa besar peluang terjadinya kegagalan dan seberapa besar dampak yang akan terjadi. Jika ada sebuah resiko yang memiliki kemungkinan terjadi kecil dan dampak yang akan terjadi juga kecil, maka kita tidak perlu melakukan managemen resiko dan menghabiskan dana atau tenaga untuk memanage resiko tersebut. Berbeda dengan sebuah resiko yang besar kemungkinan akan terjadi dan memiliki resiko yang catastrophic (dampaknya sangat besar) maka kita harus melakukan usaha-usaha sebisa mungkin untuk menghindari atau mengurangi resiko tersebut. Artinya ilmu statistic digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan managemen resiko, sendangkan dua ilmu yang lain yaitu ilmu management dan ilmu yang berkaitan dengan resiko digunakan untuk menentukan tindakan apa yang digunakan untuk mengurangi resiko tersebut.
Sebagai contoh, jika diketahui akan terjadi hujan sangat lebat berdasarkan prediksi iklim (pada dasarnya gabungan keilmuan statistic dan meteorology) maka dengan mengandalkan keilmuan geomorphologi, arsitektur, dan teknik sipil untuk mengetahui daerah mana yang akan mengalami banjir parah dan membahayakan dan ilmu management untuk mengambil keputusan evakuasi. Maka kita akan dapat menghindari korban jiwa yang besar. Dalam ilmu bisnis, maka prediksi dilakukan oleh statistic, dan akutansi, pengambilan tindakan dilakukan oleh ilmu management, makro ekonomi dan atau mikro ekonomi. Artinya hampir semua resiko yang dapat diprediksi dapat dihindari atau dikurangi, dan hampir semua resiko dengan menggunakan bidang keilmuan yang berhubungan dapat diprediksi. Bisnis, Bencana, Pertanian dll, sebagian besar resikonya dapat dipredisi sehingga sebagian besar resiko dapat dihindari atau dikurangi. Jangan lagi kita menunggu resiko atau loss and failure terjadi melainkan memprediksi loss and failure yang akan terjadi sehingga dapat menghindari atau mengurangi resiko tersebut.
Lantas apa hubungannya dengan produksi pangan? Produksi pangan kita sangat merosot akhir-akhir ini karena “cuaca buruk”, sebenarnya resiko merosotnya produksi pangan dapat dihindari atau dikurangi karena ”cuaca buruk” dapat diprediksi. Kita harus mengetahui dahulu apa itu Meteorologi, Meteorologi atau meteorologi terapan adalah ilmu yang mempelajari penerapan-penerapan keilmuan dalam bidang iklim dan cuaca terhadap pertanian. Tidak dapat disangkal bahwa iklim salah satu faktor utama dalam pertanian khusunya produksi pangan. Faktor yang mempengaruhi produksi pangan dapat diringkas menjadi Benih, Unsur Hara, Hama dan Penyakit, dan Iklim (Ketersediaan Air, Radiasi Matahari, Curah Hujan). Faktor iklim juga mempengaruhi secara langsung penyebaran hama dan penyakit (kondisi optimal untuk hama atau penyakit berkembang). Sehingga jika diasumsikan secara kasar (Faktor Hama dan Penyakit disubtitusi dengan iklim) sangat terlihat bahwa faktor iklim memiliki kontribusi sebesar 2/4 atau 50%. Dengan memperhatikan faktor iklim, maka probabilitas keberhasilan produksi pangan dapat ditingkatkan.
Memanfaatkan kondisi iklim sebaik-baiknya akan meningkatkan probabilitas keberhasilan dalam produksi pangan. Jika dalam masa awal tanam cabai memerlukan cukup hujan, tetapi pada masa pembuahan curah hujan yang tinggi menyebabkan gagal panen. Maka, dengan melihat prediksi tiga bulan atau enam bulan kedepan waktu tanam cabai dapat disesuaikan agar produksi lebih optimal. Atau dalam kata lain, waktu tanam disesuaikan agar tidak terjadi kegagalan produksi (production loss). Artinya pemanfaatan kondisi iklim tidak serta merta untuk meningkatkan produksi tetapi untuk menghindari kerugian.
Dengan mengaplikasikan ilmu iklim dalam produksi pangan dapat memberikan keuntungan yang besar. Jika kondisi iklim sedang baik, maka produksi optimal dapat tercapai. Kebalikannya jika kondisi iklim tidak memungkinkan, maka kerugian yang akan terjadi dapat dihindari. Secara sederhana hal ini dilakukan dengan menyesuaikan waktu tanam. Walaupun pada praktiknya banyak hal yang dipertimbangkan seperti irigasi, iklim mikro, fenomena enso, dll.
Artinya banyak bidang keilmuan yang terlibat dalam sebuah keputusan untuk mengurangi resiko merosotnya produksi pangan. Iantas kenapa pemerintah tidak melakukan management resiko, dan cenderung memperbaiki resiko yang terjadi. Prediksi “cuaca buruk” hanya sebatas prediksi tanpa adananya tindakan lebih lanjut. Merosotnya produksi pangan, banjir, longsor, hal tersebut dapat diprediksi. Prediksi tersebut hanya menyatakan waspada hujan lebat di daerah A, B dan C, seharusnya waspada hujan lebat dan potensi banjir selutut di daerah A, genangan air di daerah C dll. Atau dalam hal produksi pangan harusnya ada himbauan kepada petani, bahwa tiga bulan ke depan akan hujan terus tanamlah tanaman yang sesuai. Semua kembali kepada pemerintah, para ahli, dan masyarakat itu sendiri. Maukah kita menghindari loss and failure daripada membenahi loss and failure ?



1 comment:

  1. AUGUST 2015: Play at the Best UK Casinos - JTG Hub
    The world-class online 광주광역 출장안마 casino 통영 출장샵 has been around since 1999 and is home to hundreds of table games 경상북도 출장마사지 and live casino games. The company 대전광역 출장안마 has created many 당진 출장샵 new

    ReplyDelete